Pages

Jumat, 24 Februari 2012

Bendungan bawah tanah pertama di dunia ada di indonesia

BRIBIN PROJECT

Gunung Kidul, Yogyakarta


Spoiler for latar belakang:
Bencana kekeringan menjadi ancaman di setiap tahun. Padahal jauh di bawah permukaan, air mengalir dengan percuma kemudian muncul di tempat lain yang jauh. Untuk selanjutnya pembicaraan dititikberatkan pada pemanfaatan sungai bawah tanah untuk penanggulangan masalah kekeringan tersebut. Salah satu kawasan karst yang memiliki kondisi ekstrim seperti tersebut di atas adalah satu kawasan di Kabupaten Gunungkidul yang terkenal dengan nama Kawasan Karst Gunung Sewu. Tercatat di tahun 1987, bencana kekeringan diderita oleh sekitar 193.900 jiwa di 7 kecamatan wilayah Kabupaten tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, penduduk kawasan ini rela melakukan apa saja. Mereka mengkonsumsi air dari telaga-telaga yang, ada sekalipun di telaga tersebut juga berlangsung aktifitas mandi, cuci, dan memandikan ternak. Juga sumber-sumber air lainnya seperti gua-gua yang terdapat aliran sungai bawah tanah.

Gua Bribin terletak di kawasan Gunung Kidul yang berbukit-bukit ini menempati areal seluas lebih dari 64% wilayah Yogyakarta . Kawasan ini dikitari oleh Gunung Sewu dan bukit-bukit lainnya. Sehinggga saking banyaknya, orang menyebutnya dengan gunung Sewu. Kawasan ini demikian kering, sehingga hingga kedalaman 250 meter belum diketemukan air. Air ditemukan kira-kira dibawah kedalaman 360 meter.

Ada beberapa gua disekitarnya, antara lain Goa Seropan, Goa Grubug, Goa Ngreneng, Goa Jurangjero dan Goa Bribin. Namun, di Goa Bribin inilah yang nantinya menjadi obyek penelitian. Sebelum memasuki goa Bribin ini, kita harus memasuki dahulu mulut goa yang kedalaman mulut goa ini sekitar 170 meter di atas permukaan laut.

Sebelumnya pada tahun 1983, Mac. Donald dan partner – telah membuat pemetaan aliran air di goa bawah tanah Gunung Kidul melalui Bappeda Gunung Kidul. Jadi, sebenarnya sebelum proyek ini berlangsung – pemetaan aliran air sungai di sekitar kawasan Gunung Kidul telah berlangsung meski belum sampai ke tahap pemanfaatannya.

Kerjasama proyek berskala nasional ini melibatkan Batan, IWK Universitas Karlsrusche, Pemda DI Yogyakarta, Pemda Gunung Kidul dan beberapa universitas, seperti : ITB, ITS, Pancasila, UGM, UNS dan UII.

Meski belum selesai, proyek berjangka panjang hingga 2005 ini telah bermanfaat bagi penduduk sekitar karena pompa dengan tenaga diesel yang menggunakan solar ini telah mendistribusikan air bagi penduduk sekitar tak kurang dari 15-20 liter per hari per orang.
UPDATE
Spoiler for selesai 2010:

Proyek Goa Bribin II Siap Digunakan

Rabu, 28 Oktober 2009 | 11:09 WIB

Yogyakarta, Kompas - Proyek untuk mengangkat air bawah tanah Bribin II selesai terpasang dan siap beroperasi. Menurut rencana, proyek yang sempat tertunda selama dua tahun tersebut diresmikan 10 Maret 2010.

Wakil Tim Universitas Karlsruhe Jerman untuk Proyek Bribin II, Solichin, mengemukakan, uji coba tahap akhir selesai dilaksanakan Jumat pekan lalu. Dalam uji tersebut, anggota tim menyempurnakan sistem operasi manual dan mengganti pipa-pipa yang berpotensi bocor. "Sistem manual sudah berfungsi dengan baik. Saluran ke rumah-rumah penduduk juga sudah tersedia karena menggunakan sistem saluran yang lama," tuturnya di Yogyakarta, Selasa (27/10).

Bila sudah dioperasikan, proyek terletak di Dusun Sindon, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Gunung Kidul, itu mampu mengalirkan air sebanyak 2 meter kubik setiap detik. Debit aliran air ini lebih kurang sama, baik di musim hujan maupun kemarau. Dengan kapasitas tersebut, Bribin II yang menggunakan sistem bendungan bawah tanah pertama di dunia itu diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan sebanyak 7.500 penduduk.

Menurut Solichin, untuk tahap awal, air bersih dari Bribin II akan dialirkan ke lima dusun di sekitarnya yang sebelum adanya proyek Bribin I selalu mengalami kesulitan air di musim kemarau. "Proyek Bribin II yang memanfaatkan gravitasi bumi ini menggantikan Bribin I yang masih menggunakan diesel. Biayanya akan lebih murah karena tidak perlu lagi membutuhkan banyak bahan bakar," kata Solichin.

Pembangunan infrastruktur proyek Bribin II dimulai sejak 2005 dan sempat berhenti dua tahun akibat gempa bumi pada 2006. Proyek pengeboran dan pemompaan air bawah tanah dari Goa Bribin merupakan kerja sama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Pemerintah Provinsi DIY, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, dan pihak Jerman yang terdiri atas Kementerian Federal Pendidikan dan Riset, Universitas Karlsruhe, serta perusahaan Herrenknecht Aktien Gesellschaft (AG) Schwanau.

Koordinator Peneliti Bribin II Batan Agus Taftazani mengatakan, Bribin II rencananya dilanjutkan dengan proyek Seropan II. Keduanya kemudian akan digabungkan dalam satu sistem yang terpadu atau integrated water resourse management.

Spoiler for beberapa gambar BRIBIN PROJECT:

Spoiler for dulu orang harus mengambil air ke dalam gua:

Spoiler for penelitian di dalam sungai bawah tanah:

Spoiler for pembuatan bendungan:

Spoiler for bendungan 1:

Spoiler for bendungan 2:

Spoiler for pintu masuk 1:

Spoiler for peta model sungai bawah tanah:


INFO DARI TS
Spoiler for INFO:

Sekian dan terima kasih yang udah baca tread ini, sekedar info TS membuat thread ini untuk share kepada agan-agan sekalian
Cz dulu sewaktu jaman sekolah.. (baru lulus taon ini) hihih,, TS pernah mendapat kesempatan untuk masuk ke Bribin Project heheh,, dari 64 siswa cuma 10 orang yg boleh masuk,, maklum liftnya ga cukup, pake undian pula,, ya TS ternyata diberi berkah.. hahaha.. TS dan siswa laennya masuk kedalam untuk studi peledakan gan.. nie artikelnya
Spoiler for artikel:
Akibat gempa bumi tektonik 27 Mei lalu, kelanjutan pembangunan Proyek Bribin di Semanu Gunungkidul, terganggu. Sebab, gempa tersebut menyebabkan bebatuan di dinding Goa Bribin longsor. Diperkirakan longsoran bebatuan mencapai 1.000 meter kubik dan sebagian menutup sungai di bawah tanah. Untuk mengeluarkannya, bisa diatasi dengan cara meledakkan reruntuhan tersebut.

“Tidak mudah tentunya untuk mengeluarkan longsoran material batu di dalam goa tersebut. Setelah bisa dikeluarkan, baru pembangunan Proyek Bribin bisa dilanjutkan. Bahkan kemungkinan bebatuan itu harus diledakkan dulu supaya bisa diangkut keluar,” ujar Wakil Bupati Gunungkidul Hj Badingan SSos saat berdialog dengan Komisi VII DPR RI di Kepatihan Yogyakarta kemarin.

“Batu-batu tersebut perlu diledakkan dulu sebelum diangkut ke luar. Kami perkirakan untuk mengangkut material bebatuan itu dibutuhkan sekitar 250 truk. Setelah itu baru bisa dilaksanakan kembali pengerjaan selanjutnya,” kata Badingah.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) DIY, Ir Bayudono, akibat timbunan material, pelaksanaan pembangunan proyek Dam Bribin menjadi tertanggu, setelah air menutupi lokasi pekerjaan. Agar air sungai bawah tanah tersebut dapat mengalir kembali ke arah lautan, maka timbunan lapisan tanah dan batu yang menutupi alur sungai harus dibuka. Membuka kembali alur tersebut cukup sulit dan harus dilakukan dengan meledakkan timbunan yang menutupi sungai.

Dikemukakan, untuk meledakkan, memang harus mendapat izin dari instansi yang berwenang, seperti kepolisian dan militer dan izin tersebut telah dikantongi. “Saat ini kita tinggal mencari ahli yang dapat meledakkan sumbatan sungai Bribin tersebut. Jangan sampai ledakan yang ditimbulkan tidak tepat,” ujarnya....
selengkapnya = http://gunungsewu.wordpress.com/2006/11/10/4/

0 komentar:

TIME IS MONEY

MY CALENDER

My Banner

Diberdayakan oleh Blogger.
RIDWAN PSCU | Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all